Kamis, 09 Juni 2011

PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH YANG LAYAK DENGAN PENDEKATAN GIS DI KOTA TANGERANG SELATAN

PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH YANG LAYAK DENGAN PENDEKATAN GIS DI KOTA TANGERANG SELATAN
Dastur Tri Martono1 dan Gita Saraswati2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Indonesia
1dastur.jmp@gmail.com dan 2saras.gta@gmail.com


ABSTRAK
Kota Tangerang Selatan terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 51 Tahun 2008, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Luas wilayah Kota Tangerang Selatan 147, 19 Km2 yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa, dengan jumlah penduduk 1. 303 .569 jiwa (hasil sensus penduduk tahun 2010). Dalam perkembangannya, Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang juga mempengaruhi peningkatan volume sampah. Sampah Kota Tangerang Selatan menjadi permasalahan kota yang serius karena tidak diimbangi dengan penyediaan fasilitas kota. Tidak tersedianya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah menimbulkan pencitraan Kota Tangerang Selatan yang kurang baik karena pembuangan sampah ditempatkan pada lahan-lahan kosong yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk penentuan lokasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan berdasarkan SNI No.19-3241-1994, dengan melihat 3 kriteria, yaitu: kriteria regional, kriteria penyisihan dan kriteria penetapan. Analisis spatial dalam penelitian ini dilakukan dengan mengolah peta dari kompilasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan menggunakan software Geographycal Information System (GIS) dengan menginterpretasikan kesesuaian dan karakteristik lahan berdasarkan pengunaan lahan, jaringan jalan, jarak terhadap permukiman, jarak terhadap sumber air dengan penapisan karakteristik sosial penduduk sekitar lokasi rekomendasi TPA sampah. Hasil interpretasi GIS tersebut memperlihatkan lokasi-lokasi terbaik yang sesuai dengan persyaratan lokasi TPA. Dalam analisis ini, juga dilakukan penapisan karakteristik sosial untuk mengatahui pandangan masyarakat terhadap penempatan lokasi TPA di sekitar pemukiman masyarakat tersebut. Dari hasil analisis secara keseluruhan diperoleh alternatif rekomendasi lokasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan yang layak dan sesuai.

Keyword: Kota Tangerang Selatan, GIS, SNI No.19-3241-1994

























Latar Belakang

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 51 tahun 2008, meliputi 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, dan Kecamatan Setu.

Dalam perkembangannya Kota Tangerang Selatan menjadi penyangga pusat kota karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta. Posisi strategis ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan Kota Tangerang Selatan. Kota yang semakin berkembang menjadi faktor penarik bagi masyarakat untuk datang ke kota, sehingga menimbulkan peningkatan kepadatan penduduk yang cukup pesat.

Perkembangan kota yang semakin meningkat seharusnya diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kota yang akan memberikan dampak positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, namun akan rentan terhadap kelestarian lingkungan. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kota menjadi masalah perkotaan yang serius. Tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah di Kota Tangerang Selatan menjadi permasalahan yang serius. Karena peningkatan kepadatan penduduk yang berpengaruh pada peningkatkan volume sampah.

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 memiliki jumlah penduduk sebesar 1.139.471 jiwa yang menghasilkan 3,988 ± m3 sampah/hari. Berdasarkan data tersebut diperoleh proyeksi peningkatan volume sampah Kota Tangerang Selatan ± 15% per-tahunnya, sampai dengan akhir tahun perencanaan tahun 2029 akan didapatkan jumlah timbunan  sampah sebesar 143,441 m3 sampah/hari (RTRW Kota Tangerang Selatan 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan analisa spasial dengan mengintrepretasi peta menggunakan GIS. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengangkat judul “Penentuan  lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Dengan Pendekatan GIS di Kota Tangerang Selatan” dalam rangka mendukung penanganan permasalahan sampah di Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk penentuan lokasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan berdasarkan SNI No.19-3241-1994, dengan melihat 3 kriteria, yaitu: kriteria regional, kriteria penyisihan dan kriteria penetapan. Pemilihan lokasi TPA secara garis besar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :  
   
1.         Jauh dari permukiman penduduk,
2.         Merupakan lahan tidak produktif,
3.         Memenuhi syarat luas lahan yang ditentukan
4.         Dekat dengankses berupa jalan utama.
Analisis spatial dalam penelitian ini dilakukan dengan mengolah peta dari kompilasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan menggunakan software Geographycal Information System (GIS) dengan menginterpretasikan kesesuaian dan karakteristik lahan berdasarkan pengunaan lahan, jaringan jalan, jarak terhadap permukiman, jarak terhadap sumber air dengan penapisan karakteristik sosial penduduk sekitar lokasi rekomendasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Dengan demikian didapat alternatif rekomendasi lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Kota Tangerang Selatan yang layak dan sesuai.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Tangerang selatan, dengan melihat dan menganalisis peta tata guna lahan. Peta tersebut di digitasi dengan menggunakan software ArcGIS 9.3, kemudian dianalisa dan di overlay sesuai dengan kriteria dari SNI 03-3241-1994 yang mengatur ketentuan sebagai berikut pembuangan sampah tidak boleh dilakukan pada danau, sungai dan laut. Kemudian penentuan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dilakukan secara bertahap meliputi tahap regional, tahap penyisih dan tahap penetapan. Sebelum ke tahap penetapan dilakukan tahap penyisihan dan tahap penapisan dengan ketentuan seperti jarak dari permukiman atau perumahan penduduk adalah 300 m atau lebih, jarak dari sungai dan sumber air bersih adalah 90 m atau lebih, jarak terhadap bandara adalah 3 km atau lebih, lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tidak terletak pada daerah dataran banjir, lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tidak terletak di kawasan perkotaan dan kawasan lindung, persentase luas lahan terbangun sebesar 20 %, TPA terletak pada lokasi dengan aksesibilitas terhadap jalan aspal paling jauh 1 km, lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) harus mempunyai luasan 10 Ha atau lebih dan juga menganalisis penapisan karakekteristik masyarakat untuk mengetahui pandangan dan tanggapan masyarakat terhadap pembangunan TPA di sekitar lokasi rekomendasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Analisis penapisan karakteristik sosial ini dilakukan pada masyarakat sekitar lokasi rekomendasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan metode wawancara secara informal.


Hasil dan Pembahasan

Basis data digital dalam penelitian ini berupa kumpulan data grafis hasil digitasi dari peta analog yang disusun dalam layer-layer data. Dalam penyusunan layer data ini harus mempertimbangkan kriteria yang digunakan sebagai dasar pemilihan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Sehingga dengan layer data yang ada dapat dilakukan pemodelan analisis spasial.

Dalam analisis spatial menggunakan teknologi GIS ini akan melibatkan sekaligus data spatial dan data atribut dari layer data yang digunakan menurut kriteria yang diapakai. Teknik ini telah diterapkan untuk analisis kesesuaian lahan, perencanaan kawasan dan bahkan dalam penentuan tafsiran nilai tanah. Penulis juga telah melakukan dengan teknik ini untuk perencanaan fungsi kawasan pada pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dengan hasil memenuhi kriteria yang ditentukan (Waljiyanto, 1997).

Pemilihan lokasi untuk pembuangan sampah kota seharusnya tidak berbenturan dengan peruntukkan lahan lainnya. Hal ini untuk mencegah kemungkinan timbulnya pencemaran dan dampak negatif terhadap masyarakat di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Oleh karena itu digunakan parameter kriteria SNI dalam acuan penentuan lokasi TPA pada penelitian ini. Dalam penentuannya dibutuhkan luas lahan yang cukup luas untuk TPA sampah itu sendiri dan Buffer zone untuk menghindari dampak dari bau, kebisingan, lalat dan vektor penyakit dengan ditanami pohon pelindung dengan ketebalan berkisar  antara 20 m sampai dengan 50 m dari batas luar daerah lokasi TPA sampah. Selain itu ditetapkan pula  Free Zone yang merupakan zona bebas dimana kemungkinan masih dipengaruhi leachate, sehingga harus merupakan Ruang Terbuka Hijau dengan ketebalan 50 sampai dengan 80 m dari batas luar buffer zone. Oleh karena itu analisis parameter kriteria lokasi TPA sampah harus memiliki jarak dari permukiman atau perumahan penduduk adalah 300 m atau lebih, jarak dari sungai dan sumber air bersih adalah 90 m atau lebih, jarak terhadap bandara adalah 3 km atau lebih, TPA terletak pada lokasi dengan aksesibilitas terhadap jalan aspal paling jauh 1 km.

Dalam analisis menggunakan aplikasi GIS ini digunakan peta tata guna lahan yang didapat dari RTRW Kota Tangerang Selatan tahun 2009. Dengan anggapan bahwa TPA sampah yang akan ditentukan dalam penelitian ini baru bersifat tahap pendahaluan, maka ketelitian peta dianggap dapat diterima sebagai bahan dasar tahap analisis yang lebih detil. 

Analasis Penetapan Lokasi TPA Sampah Berdasarkan Parameter SNI

1.     Kriteria Regional Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 14,719 Hektar. Pertumbuhan fisik kota menunjukkan besarnya kawasan terbangun kota, yaitu seluas 10.596,10 Ha atau 71,99 dari seluruh luas Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari perumahan dan permukiman 67,54 %, kawasan industri 1,14 % serta  perdagangan dan jasa 3,31 %.

Kecamatan dengan wilayah paling besar di Kota Tangerang Selatan terdapat di Kecamatan Pondok Aren dengan luas 2.988 hektar atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan Setu dengan luas 1.480 hektar atau 10,06%.

Luas kelurahan/desa dengan wilayah di atas 400 (empat ratus) hektar terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Kelurahan Pondok Cabe Udik dan Kelurahan Pamulang Barat, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Kelurahan Paku Jaya. Kelurahan dengan luas wilayah di bawah 150 (seratus lima puluh) hektar terletak di Kecamatan Serpong, yaitu Cilenggang dan Serpong, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Kelurahan Jelupang.  Kelurahan/desa dengan luas wilayah paling besar adalah Kelurahan Pondok Cabe Udik dengan luas wilayah 483 (empat ratus delapan puluh tiga) hektar sedangkan kelurahan/desa dengan luas wilayah paling kecil adalah Kelurahan Jelupang dengan luas wilayah 126 (seratus dua puluh enam) hektar.

Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah, dimana sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 – 3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0 – 25 m dpl. Untuk kemiringan pada garis besarnya terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu :

1.         Kemiringan antara 0 – 3% meliputi Kecamatan Ciputat, kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara.
2.         Kemiringan antara 3 – 8% meliputi Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu.

Keadaan iklim didasarkan penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara kelembaban udara dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 23,5 – 32,6 0C, temperatur maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,9 0C dan temperatur minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 22,8 0C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3 mm, hari hujan tertinggi pada terjadi bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 21 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6m/detik

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Adapun pada beberapa Kecamatan terdapat lahan yang bergelombang seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu dan kecamatan Pamulang serta sebagian di kecamatan Ciputat Timur. Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berdasarkan klasifikasi dari United Soil Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau workability yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.

Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang Selatan sebagian besar terdiri dari batuan endapan hasil gunung api muda dengan jenis batuan kipas aluvium dan aluvium/aluvial. Sedangkan dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Oleh karena itu secara umum lahan cocok untuk pertanian/ perkebunan. Jenis tanah yang sangat sesuai dengan kegiatan pertanian tersebut makin lama makin berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk sebagian wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang mengandung pasir khususnya untuk daerah yang dekat dengan Sungai Cisadane.

2.     Kriteria Penyisihan

Kriteria penyisihan merupakan batasan penilaian yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari beberapa calon lokasi yang lolos penyaringan kriteria regional untuk penentuan calon lokasi TPA sampah. Pada analisis spasial dengan aplikasi GIS akan melibatkan analisis data atribut. oleh karena itu, basis data digital harus berisi obyek-obyek yang disimpan dalam layer data dengan atribut sesuai dengan kriteria SNI. Namun demikian tersedianya basis data digital dengan atribut yang lebih rinci akan memberikan peluang berbagai jenis analisis spasial untuk tujuan yang berbeda. Misalnya pada layer data tata guna lahan dimana sesuai dengan kriteria yang digunakan layer ini paling tidak harus memuat objek daerah pemukiman, DAS dan bandar udara. Hal ini disebabkan persyaratan lokasi TPA sampah harus memperhatikan jarak terhadap pemukiman penduuduk, jarak terhadap bandar udara, jarak terhadap jaringan jalan, jarak terhadap daerah aliran sungai dan tidak terletak pada kawasan perkotaan dan lindung.

Parameter yang dijadikan kriteria dalam analisis kelayakan parameter persyaratan lokasi penimbunan sampah dengan aspek geologi. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis regional ini sesuai dengan kriteria SNI 19-3241-1994 yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Naional. Analisis kelayakan lokasi TPA sampah diawali dengan menganalisis parameter-parameter dengan meng overlay peta-peta tematik Kota Tangerang Selatan. Parameter yang digunakan adalah batas administrasi, jaringan jalan, Daerah Aliran Sungai, jaringan rel, jaringan sutet.

Pada penelitian ini sumber data peta yang digunakan adalah peta Tata Guna Lahan Kota Tangerang Selatan dengan skala 1: 20.000 edisi 2009. Data ini yang akan digunakan untuk menganalisis kelayakan lokasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka aplikasi GIS kemudian add data peta tata guna lahan pada worksheet, data akan muncul dan tersimpan pada tampilan layer. Pada tampilan layer klik menu open attribute table untuk memunculkan field dan record datanya. Pada tampilan attribute tersebut klik option dan pilih select by attributes untuk menganalisis luasan lahan pada penggunaan lahan di Kota Tangerang Selatan. Keluar tampilan berupa kolom select from contour kemudian menuliskan besar luasan lahan kriteria untuk penetapan lokasi TPA sampah pada kolom tersebut. Kemudian klik verify lalu OK. Setelah melakukan hal tersebut diatas, maka keluarlah data luasah lahan dalam penggunaannya, dapat dilihat dalam tabel berikut.


Tabel 1
Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan
Luas Lahan
Ha
%
Perumahan Kepadatan Sedang
5557.73
37.76%
Perumahan Kepadatan Rendah
3000.89
20.39%
Semak Belukar
405.83
2.76%
Pasir dan Galian
252.47
1.72%
Danau/Situ
54.56
0.37%
Kebun/Ladang
2126.11
14.44%
Tambak/Kolam/Empang
290.39
1.97%
Sawah
1154.95
7.85%
Perdagangan dan Jasa
572.79
3.89%
Industri
210.31
1.43%
Pendidikan
70.80
0.48%
Kawasan Militer
41.98
0.29%
Puspiptek
242.67
1.65%
Lapangan Udara
105.77
0.72%
Tanah Kosong
631.75
4.29%

14719.00
100.00%
      Hasil : Analisis Peta


Dari hasil overlay peta tematik didapat hasil peruntukkan lahan yang layak untuk TPA sampah Kota Tangerang Selatan. Zona yang tidak layak untuk pembangunan TPA sampah merupakan lahan yang sudah terbangun menjadi pemukiman, kawasan lindung, kebun/ladang, industri, perdagangan dan jasa, kawasan militer, tambak/kolam/empang, pasir/galian, pendidikan dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), lapangan udara serta danau/setu. Data lokasi yang tersisa untuk calon TPA sampah adalah sawah, semak belukar, dan tanah kosong. Dari data tersebut dianalisis sesuai dengan kriteria yang digunakan. Analisis luas lahan dari permukiman atau perumahan penduduk adalah 300 m atau lebih, jarak dari sungai dan sumber air bersih adalah 90 m atau lebih, jarak terhadap bandara adalah 3 km atau lebih, lokasi TPA tidak terletak di kawasan perkotaan dan kawasan lindung, TPA terletak pada lokasi dengan aksesibilitas terhadap jalan aspal paling jauh 1 km, lokasi TPA harus mempunyai luasan 10 Ha atau lebih. Berdasarkan arahan pengendalian pemanfaatan ruang menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dilakukan melalui penatapan peraturan zonasi, Perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.


Hasil akhir dari analisis spasial yang dilakukan di dapat dua alternatif rekomendasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan, yaitu di Kecamatan Pondok Aren Kelurahan Parigi Baru dan di perbatasan antara Kecamatan Pondok Aren dengan Kecamatan Serpong, Kelurahan Lengkong Wetan. Yang masing- masing memiliki luasan lahan sebesar 21,71 ha dan 28,17 ha. Kedua lokasi lahan terpilih merupakan sawah. Berdasarkan kriteria regional Kota Tangerang Selatan, Kecamatan Pondok Aren memliki luasan lahan terbesar di Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 29,88 km2 dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 246,870 jiwa/km2.. Pemanfaatan lahan di kecamatan ini masih banyak yang belum terbangun, sehingga dalam analisis penentuan lokasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan lebih mudah dalam penentuannya. Berdasarkan keadaan topografi Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Sedangkan untuk  kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berdasarkan klasifikasi dari United Soil Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau workability yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan tidak termasuk wilayah yang rawan bencana.

Setelah mendapat hasil dari analisis spasial didapat dua lokasi rekomendasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan dilakukan analisis penapisan karakteristik sosial terhadap masyarakat sekitar lokasi rekomendasi TPA sampah. Analisis penapisan karakteristik ini dilakukan dengan metode wawancara kepada masyarakat sekitar lokasi rekomendasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan. Wawancara dilakukan pada kedua lokasi rekomendasi yaitu pada Keluarahan Parigi Baru dan perbatasan antara Kelurahan Parigi Baru dnegan Kelurahan Lengkong Wetan. Wawancara ini dilakukan secara informal untuk mengetahui pandangan dan tanggapan masyarakat terhadap penempatan TPA sampah di dekat pemukiman mereka. Karena dengan adanya TPA sampah akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang berimplikasi kepada kesehatan masyarakat sekitar yang tinggal di dekat lokasi TPA. Pencemaran dapat berupa pencemaran udara yaitu bau sampah yang tidak baik bagi kesehatan pernapasan, mendatangkan serangga pemakan sampah seperti lalat, pencemaran air, pencemaran tanah serta mengganggu pemandangan lingkungan. Oleh karena itu analisis penapisan karakteristik sosial ini perlu dikakukan karena aspirasi dan peran masyarakat sangat menentukan pembangunan dan perkembangan suatu wilayah. Walaupun sudah mendapat lokasi rekomendasi TPA sampah yang layak melalui analisis GIS perlu diketauhi juga pandangan masyarakat terhadap pembangunannya. Agar terjadi pembangunan dan perkembangan yang berkelanjutan. Karena pada dasarnya perencanaan dilakukan untuk mengoptimalkan pembangunan dengan meminimalisir kesalahan dan dampak negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Kesimpulan

Dengan memanfaatkan analisis menggunakan software GIS di dapat dua lokasi rekomendasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan yang layak berdasar kriteria SNI 03-3241-1994. Pemilihan lokasi terlayak dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis tanggapan masyarakat sekitar terhadap rencana pembangunan TPA sampah di sekitar tempat tinggal. Lokasi yang di dapat adalah Kelurahan Parigi Baru dan perbatasan Kelurahan Parigi Baru dengan Kelurahan Lengkong Wetan, yang terpilih menjadi lokasi rekomendasi TPA sampah adalah di Kelurahan Perigi Baru. Pemilihan akhir ini didapat berdasarkan perbandingan tanggapan mayarakat yang dapat menerima pembangunan TPA sampah di dekat pemukimannya dan letak lokasi yang memiliki aksesibilitas yang banyak, jauh dari permukiman, jauh dari sungai. Sedangkan lokasi yang berada di perbatasan Kelurahan Perigi Baru dan Kelurahan Lengkong Wetan kurang berpotensi untuk menjadi lokasi TPA sampah, karena lokasi tersebut terpotong oleh sungai. Berdasarkan ketentuan penentuan lokasi TPA sampah Kota Tangerang Selatan, dalam penentuannya dibutuhkan luas lahan untuk buffer zone dan free zone. Sehingga luasan lahan untuk lokasi TPA berkurang.

Pemanfaatan aplikasi GIS dalam studi penentuan lokasi, perlu dikembangkan lagi, mengingat data yang tersedia sudah cukup beragam dan mudah diakses untuk perencanaan pembangunan serta dalam penggunaannya pun lebih mudah dan efisien.





Referensi

RTRW Kota Tangerang Selatan 2009

SNI No.19-3241-1994

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN GIS
UNTUK PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH DI KOTA SURABAYA oleh Fajar Setiawan


Penentuan lokasi TPA Sampah dari Tim Manajemen Lekad  oleh H.Asrul Hoesein.


Selasa, 12 April 2011

PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA

Studi yang dilakukan adalah identifikasi permasalahan persampahan di kawasan perdangan dan jasa di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. dari sistem pengelolaan sampah eksisting kemudian coba diabuat konsep atau model pengelolaan sampah skala kawasan. obejek penelitiannya adalah para pedagang kaki lima dan pertokoan yang ada di penggiran jalan raya pamulang/siliwangi. sistem pengelolaannya merupakan pengelolaan sampah berbasis pedagang. artinya sampah yang dihasilkan oleh pedagang dikelola oleh mereka sendiri sehinga natinya diharapkan timbulnya kesadaran utnuk lebih peduli terhadap masalah sampah yang ada di sekitar mereka. diharapkan nantinya kegiatan penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh model pengelolaan sampah kawasan perdagangan dan jasa.

Senin, 11 April 2011

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH SKALA KECAMATAN

PENGELOLAAN SAMPAH KAMPUS ITI

Laboratorium Pengembangan Komunitas (LAPAK) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia bekerjasama dengan HMPWK-ITI  mengadakan kegiatan pengelolaan sampah kampus. sistem pengelolaan sampah yang dilakukan adalah pemilahan sampah dan pengolahan sampah menjadi kompos. metode yang digunakan mengambil model pengolahan sampah ala sukunan dengan menggunakan gentong tanah dan bak terbuka. Selain itu juga digunakan drum plastik, dan keranjang untuk kompos cacing (vermicompost). sedangkan untuk sampah anorganik di kumpulkan dan kemudian dijual untuk di daur ulang. kedepannya tempat pengolahan sampah ini diharapkan dapat menjadi pusat pengolahan sampah kampus ITI dimana nantinya jadi media belajar tentang sampah.